Di sebagian daerah, penyakit ini disebut sebagai penyakit kresek. Dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah nglaras/ngelaras.
Bila penyakit blast adalah penyakit hawar daun yang disebabkan oleh jamur, maka penyakit kresek adalah penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri. Sehingga kemudian disebut sebagai penyakit HDB (hawar daun bakteri).
Penyakit HDB ini adalah penyakit yang sering bikin kesal/gemas petani.
Karena penyakit ini tidak mematikan bagi tanaman padinya, tapi dampaknya terhadap penurunan hasil panen memang benar-benar signifikan.
Bagaimana tidak signifikan? Soalnya penyakit ini bisa menyulap tanaman padi yang semula daunnya hijau segar, jadi berubah penuh bercak coklat.
Akibatnya, proses fotosintesis tentu saja akan terhambat. Sehingga efeknya tanaman akan terganggu pertumbuhannya, dan tentu saja bulir padi akan banyak yang hampa (proses pengisiannya akan terhambat).
Repotnya lagi, banyak petani yang salah mengira ini sebagai penyakit yang disebabkan oleh jamur. Dan lalu memandikan tanamannya dengan obat jamur (fungisida).
HDB dipandang oleh petani tersebut sebagai penyakit yang sulit diatasi. Tak ada satu fungisida pun yang bisa mengatasinya. Begitu kata mereka.
Bakteri, bukan jamur.
Ya tentu saja gak bakal bisa sembuh, mau dimandiin pakai fungisida sampai seberapa banyak sekalipun. Karena penyebabnya bukan jamur, melainkan bakteri.
Kalau mau, seharusnya yang dipakai bukan fungisida. Melainkan bakterisida.
Tapi bakterisida itu harganya lebih mahal. Dan faktanya kalau kita amati pengalaman petani yang sudah pakai bakterisida, proses penyembuhannya gak bisa tuntas.
Penggunaan bakterisida memang bisa mengurangi tingkat kerusakan yang terjadi. Tapi untuk bisa dikatakan benar-benar sembuh, juga tidak.
Malah kalau penggunaan bakterisida ini semakin sering (dari musim ke musim), bakal bisa menimbulkan resistensi (kekebalan).
Sudah baca artikel yang berjudul Makanan yang Sebenarnya? Bila belum, bisa dibaca di link ini.
Atau, sudah baca pula artikel yang berjudul Mengatasi Hama Sundep pada Tanaman Padi? Bila belum, bisa dibaca di link ini.
Di kedua artikel tersebut, kita bisa melihat bahwa betapa sombongnya manusia yang merasa bahwa dia bisa melawan semuanya. Ketika ada musuh yang muncul, yang terbersit dalam pikirannya adalah... basmi, hajar, bunuh, gebug, dll.
Manfaatkan musuh alaminya.
Sebelum manusia hadir di suatu tempat, misalnya di suatu daerah yang berupa hutan yang masih perawan, alam sesungguhnya berada dalam keadaan seimbang. Harmonis. Tak membutuhkan peran manusia.
Setiap makhluk hidup adalah bagian mata rantai yang membentuk siklus/lingkaran yang sempurna. Setiap makhluk pasti memiliki predator dan musuh alaminya.
Demikian pula dengan bakteri penyebab penyakit HDB ini. Salah satu mikrobia yang ada di dalam RedShield Hayati Padi ternyata juga sekaligus merupakan musuh alami bagi bakteri penyebab penyakit HDB.
Tanaman padi yang sejak awal sudah menggunakan RedShield Hayati, insyaaLLah akan tumbuh dengan tanpa mengalami penyakit HDB.
Sementara tanaman yang diaplikasi RedShield Hayati setelah tanaman sudah agak besar dan sudah terlanjur kena HDB, akan mengalami penyembuhan yang perlahan tapi pasti.
Itu sebabnya, tanaman padi yang diaplikasi RedShield Hayati Padi, akan memiliki daun bendera yang bakal tetap hijau meski sudah menjelang panen sekalipun.
Daun bendera yang tetap hijau adalah jaminan bahwa proses fotosintesa masih tetap berlangsung, sehingga proses pengisian bulir padi juga masih berlanjut.
Proses pengisian bulir padi yang tetap terus berlanjut hingga menjelang detik akhir padi dipanen, akan membuat gabah menjadi banyak yang terisi.
Bila bahan organik yang Anda suplai ke lahan adalah berlimpah, bukan tidak mungkin bulir gabah akan terisi semua dan takkan ada yang hampa. [YWA]