Asem-aseman adalah penyakit (atau sebut saja problem) yang terjadi pada tanaman padi yang bukan disebabkan oleh hama, bukan disebabkan oleh virus, bukan disebabkan oleh bakteri, dan bukan pula disebabkan oleh jamur. Melainkan disebabkan oleh kondisi lahan yang kurang baik, yaitu disebabkan oleh tanah yang bermasalah.
Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Kerdil. Dan warnanya suram, kuning cenderung coklat. Repotnya lagi, ketika tanaman dikasih pupuk dengan harapan agar kembali hijau dan kembali tumbuh, yang terjadi malah sebaliknya.
Tanaman padi yang terkena asem-aseman, makin diberi pupuk (kimia) malah bakal makin parah asem-asemannya. Tanaman malah semakin rusak.
Lampu merah.
Lahan yang tanaman padinya mengalami problem asem-aseman, tanahnya biasanya berpenampilan seperti lumpur. Lengket dan berbau busuk. Dalam kasus yang lebih parah, permukaan tanahnya bisa seperti ada lapisan minyak atau karatnya.
Lahan yang penampilannya seperti ini, hampir bisa dipastikan adalah lahan yang sudah bertahun-tahun (atau mungkin malah sudah puluhan tahun) setia menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Dosis pupuk kimianya pun biasanya sudah tergolong dosis tinggi.
Ini adalah ciri lahan yang sudah keracunan residu kimia, sisa dari penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Dan ketika sudah sampai mengalami asem-aseman, berarti tingkat keracunannya sudah cukup parah.
Dalam kondisi seperti ini, solusi yang terpikirkan oleh kebanyakan orang adalah mengaplikasikan dolomit (kapur pertanian) ke lahan.
Cara tersebut tak menyentuh akar masalahnya, yaitu keberadaan residu kimia yang menumpuk di lahan.
Cara tersebut bagaikan orang yang demam karena kena tetanus, tapi hanya diberikan obat penurun panas (untuk mengatasi demamnya saja).
Padahal, demamnya orang tadi itu hanyalah gejala yang tampak, dari sebab yang tak tampak, yaitu tetanus.
Demikian pula dengan asem-aseman. Itu hanyalah gejala yang tampak, dari sebab yang tak tampak, yaitu tanah yang keracunan residu kimia.
Residu yang sudah terakumulasi selama puluhan tahun tersebut takkan selesai hanya dengan aplikasi dolomit. Bahkan, penggunaan dolomit yang tak bijak juga bakal menimbulkan efek samping baru, yaitu matinya cacing tanah. Akibatnya, ke depan lahan akan semakin keras/bantat.
Atasi sebabnya.
Solusi yang bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah itu tentu saja adalah solusi yang menyentuh akar masalahnya.
Apa akar masalahnya?
Tentu saja adalah penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang makin kesini makin ugal-ugalan itu. Itulah akar masalahnya.
Untuk lebih jelasnya, silakan baca artikel yang berjudul Makanan yang Sebenarnya, yang terdapat di link ini.
Adapun terkait deposit residu kimia yang sudah terlanjur berlimpah di lahan, disinilah RedShield Hayati Padi berusaha untuk mengambil perannya. Di dalam RedShield Hayati Padi terdapat mikrobia yang bakal melahap residu-residu kimia tersebut, dan akan merubahnya menjadi bentuk yang tak berbahaya atau bahkan malah bermanfaat bagi tanaman.
Penggunaan RedShield Hayati Padi dalam satu musim tanam insyaaLLah akan dapat menghabisi sebagian besar residu kimia yang terdapat di dekat permukaan tanah. Gejala asem-aseman juga akan dapat langsung berkurang drastis.
Menjelang musim tanam berikutnya, pembalikan tanah (dengan cara dibajak) akan membuat residu kimia yang mengendap di dalam tanah akan sebagiannya terangkat ke permukaan.
Aplikasi lagi RedShield Hayati Padi selama satu musim tanam. Bajak lagi. Aplikasi lagi. Bajak lagi. Demikian seterusnya, akan membuat tabungan residu kimia di lahan pun secara bertahap bakal teratasi.
Sejalan dengan semakin berkurangnya penggunaan pupuk dan pestisida kimia, lahan perlahan akan mengalami perbaikan tekstur. Lahan yang keras/bantat, dari musim ke musim akan berubah menjadi semakin gembur, dan warnanya juga akan berubah menjadi semakin gelap. [YWA]