Menanam Padi Organik Full 100% Tanpa Pupuk Kimia

tanaman padi organik, warna daunnya takkan bisa sehijau tua yang pakai pupuk kimia

Di deskripsi produk RedShield Hayati Padi yang bisa dibaca di link ini, sempat sedikit disinggung tentang bahwa dengan menggunakan RedShield Hayati Padi kita jadi bisa lepas dari pupuk kimia sejak musim pertama kita menggunakan RedShield.

Pernyataan tersebut ternyata mampu membuat penasaran sebagian pembaca dan jadi bertanya… Benarkah?

Sehingga membuat malah saya yang bertanya balik… Lha mengapa tidak?

Pupuk kandang yang tak terhindarkan.

Sudah baca artikel yang berjudul Makanan yang Sebenarnya? Bila belum, Anda bisa baca di link ini.

Di artikel tersebut telah dijelaskan. Bahwa makanan yang sebenarnya bagi tanaman adalah bahan organik yang oleh mikrobia di lahan dirombak menjadi makanan bergizi tinggi yang tersedia bagi tanaman.

Pupuk kimia bukanlah sumber makanan yang sesungguhnya. Ia hanya menyediakan sebagian saja dari unsur hara yang dibutuhkan. Itupun hanya unsur yang sudah dikenali oleh manusia, dan yang dapat diproduksi dengan biaya murah.

Kita takkan bahas ulang soal itu disini. Yang belum baca, silakan baca dahulu artikel Makanan yang Sebenarnya tersebut di link ini. Karena kita disini akan melanjutkan pembahasan.

Lanjut.

Kalau kita ingin bercocok tanam sambil terus merawat lahan kita (agar lahan tetap sehat dan terawat baik, bukan lahan yang semakin lama malah menjadi lahan kritis/rusak/terkuras) maka kita harus rutin menyuplai bahan organik ke lahan.

Bahan organik tersebut dapat berupa pupuk kandang. Dan sebaiknya adalah yang sudah benar-benar menjadi pupuk. Jadi, bukan kotoran kandang lho ya. Melainkan pupuk kandang.

Hal ini kini telah menjadi perkara yang tak dapat dihindari, bahkan oleh produsen pupuk kimia sekalipun. Sambil promosi jualan pupuk kimianya, kini mereka pun sambil mendorong petani untuk menggunakan pupuk kandang juga.

Lihatlah. Mereka pun terpaksa mengakuinya.

Lalu… berapa dosis pupuk kandangnya?

Baik sambil menahan malu maupun tidak, mereka akan menjawab… 0,5 ton per hektar.

Mengapa kok hanya 0,5 ton? Karena mereka telah berhitung… kalau banyak-banyak, padahal petani masih akan mereka suruh beli pupuk kimia yang mereka produksi juga, maka biayanya akan menjadi terlalu mahal bagi petani.

Tanpa pupuk kimia.

Lalu kalau begitu, berapakah dosis pupuk kandang yang ideal itu?

Minimal 1 ton per hektar. Alias 100 kwintal per 1000 m².

Dan kalau mau josss… 5 ton per hektar.

Ini pupuk kandang lho ya. Bukan kotoran kandang.

Yang disebut pupuk kandang itu, adalah kotoran kandang yang sudah berubah menjadi pupuk. Sudah kering, sudah mawur (remah), dan tidak lagi berbau kotoran.

bahan organik yang sudah benar² jadi pupuk, bukan lagi kotoran
bahan organik yang sudah benar² jadi pupuk, bukan lagi kotoran

Jadi, angka 1 ton atau 5 ton yang disebut di atas itu adalah berat pupuk kandang yang sudah jadi pupuk itu. Bukan berat kotoran kandang yang masih basah dan lengket kayak jenang itu.

Bahkan… tahukah Anda? Kalau kita menggunakan pupuk kandang dengan dosis 1-5 ton per hektar, maka secara hitungan nutrisinya sesungguhnya kita sudah tak perlu lagi menggunakan pupuk kimia untuk tanaman padi kita. Sama sekali.

Sama sekali?

Iya. Sama sekali.

Itu secara hitungan nutrisinya.

Namun masalahnya, umumnya lahan kita dewasa ini punya kendala soal keberadaan beberapa jenis mikrobianya, yang secara alami seharusnya berlimpah di lahan.

Di antara mikrobia tersebut ada yang bertugas merombak bahan organik tersebut menjadi makanan yang dibutuhkan tanaman.

Sehingga, kuantitas (jumlah) pupuk kandang yang seharusnya secara hitungan nutrisi cukup itu, faktanya tak semuanya sukses berubah menjadi makanan, karena kendala keberadaan mikrobia sebagaimana yang dijelaskan di atas.

Nah, disinilah tugas RedShield Hayati Padi. Menyuplai kembali beberapa jenis mikrobia yang secara alami seharusnya sudah ada di lahan.

Cara aplikasinya ada dijelaskan dalam artikel RedShield untuk Tanaman Padi yang bisa Anda baca di link ini. Disana dijelaskan aplikasinya adalah 6x (2x sebelum pindah tanam dan 4x setelah pindah tanam).

Bila Anda bisa meninggalkan pestisida kimia, sejalan dengan lahan yang nanti akan semakin gembur dan warna tanahnya juga semakin gelap, aplikasi yang 4x setelah tanam di atas bisa mulai Anda kurangi. Hingga menjadi 3x, 2x, 1x, dan akhirnya sudah tidak perlu lagi, tinggal 2x yang sebelum pindah tanam itu saja.

Seberapa lama itu waktu yang dibutuhkan?

Relatif. Bergantung pada kondisi lahan Anda sendiri. Seberapa parah kondisi lahan Anda terkait keberadaan mikrobianya. Bisa butuh 5 musim tanam, 10 musim tanam, atau hingga 15 musim tanam.

Upaya mempercepat pemulihan lahan.

5-15 musim tanam? Wah, bisa dipercepat lagi gak ya?

Bisa.

Untuk mempercepatnya, aplikasi yang 4x itu (yang setelah pindah tanam itu) bisa dipersering menjadi 8x. Sehingga jadwal aplikasinya berubah menjadi sebagaimana berikut ini. Interval sepekan 1x (7 hari sekali).

Bila aplikasi yang ke-1 adalah usia 7 HST (hari setelah (pindah) tanam), maka aplikasi yang ke-2 hingga ke-8 adalah 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST, 42 HST, 49 HST, dan 56 HST.

Aplikasi yang 7 HST, 14 HST, 21 HST, dan 28 HST, RedShield Nutrisi yang menjadi pendampingnya adalah yang vegetatif. Kemudian aplikasi yang 35 HST, 42 HST, 49 HST, dan 56 HST, yang menjadi pendampingnya adalah yang generatif.

Itu adalah bila memang sekaligus diniatkan untuk mempercepat pemulihan lahan.

Adapun bila ingin yang woles alias slow saja, aplikasinya adalah sebagaimana yang dijelaskan di artikel RedShield untuk Tanaman Padi yang bisa Anda baca di link ini.

Yang penting… jangan lupakan pupuk kandang (bahan organik)-nya lho ya.

Oya satu lagi. Jerami harus dikembalikan ke lahan. HARUS !!!

Memanennya sebaiknya pakai sabit, lalu di-trasher-nya di lahan atau di dekat lahan saja. Sehingga jerami yang hancur keluar dari mesin trasher, bisa langsung disebar rata kembali ke lahan. [YWA]

Info Produk

RedShield Hayati Padi